Wednesday, May 30, 2018

1 Samuel 28, Amsal 28

1 Samuel 28:3, 7 (TB)  Adapun Samuel sudah mati. Seluruh orang Israel sudah meratapi dia dan mereka telah menguburkan dia di Rama, di kotanya. Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal.
Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."

Gak salah nih Saul? Setelah sebelumnya dibilang menyingkirkan para pemanggil arwah dan roh peramal eeehhhh...tahu-tahu dia mau minta petunjuk pemanggil arwah (pake acara nyamar pulak). Di sini dah kelihatan kalau Saul gak berintegritas dan selalu ingin dipandang baik oleh orang lain(. Gak ada kesesuaian antara apa yang dia yakini, pikirkan, dan lakukan. Lah, konyol aja kan, dia yang ngelarang adanya pemanggil arwah eh dia yang minta petunjuk pemanggil arwah.

👉 Hidup dengan integritas. Aku diingatkan hal tersebut, apalagi kaitannya dengan mendidik anak. Aku belajar kalau anak bisa gagal mendengarkan kita, tapi mereka tidak pernah gagal meniru kita. Jadi kalau apa yang aku ucapkan berbeda dengan apa yang aku lakukan, siap-siap saja,  nantinya anakku hanya akan meniru yang aku lakukan. Jadi ingat lagi kalau mendidik anak sama dengan mendidik diri sendiri. Kalau Sara suka menjerit pas gak dikasih HP, padahal aku melarang dia main HP berarti ada yang salah denganku selama ini. Sara melakukan apa yang dilihatnya aku lakukan, dia gak salah. Aku yang harus terus mengendalikan diri untuk gak pegang HP waktu bareng dia.

🙏 Tuhan, tolong aku supaya memiliki hidup berintegritas. Jangan biarkan aku menjadi orang yang munafik. Aku sadar, terkadang aku juga sama seperti Saul. Ampuni aku ya Tuhan. Dan tolonglah aku untuk berubah. Amin.

Amsal 28:16 (TB)  Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya.

*Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya*
Aku sempat membaca artikel yang bilang kalau anak sebaiknya dikasih HP pada umur tertentu. Ok. Noted. Sejak itu aku melarang Sara main HP. Lalu aku sempat melarang Sara nonton TV. Pokoknya gak boleh aja dia pegang HP dan TV dimatikan kalau Sara belum tidur. Yang ini sangatlah gak realistis karena aku aja masih main HP dan nonton TV, lah masa aku ngelarang dia ngelakuin itu? Akhirnya yang bisa aku lakukan adalah ngasih batasan. Gak asal ngasih larangan dengan menegaskan pokoknya gini gitu.

Akhir-akhir ini jadi lebih merenungkan, apa sih alasanku sebenarnya melarang dia melakukan ini itu. Tujuannya apa. Aku gak boleh asal ngelarang saja tanpa tahu alasan di balik pelarangan itu apa. Oke lah, sekarang dia belum terlalu mengerti kalau dijelaskan. Cukup aja bilang 'NO' sekarang. Tapi pada saatnya nanti dia akan bertanya dan aku memang harus menjelaskan alasanku supaya Sara menggunakan nalarnya dan kritis. Jangan sampai dia jadi kayak orang Farisi dan Ahli Taurat yang menjalankan perintah Tuhan tanpa tahu esensinya apa. Misal perintah Tuhan jangan berzinah, berbahaya kalau cuma diartikan gak berhubungan seksual dengan seseorang tanpa menikah padahal maksud Tuhan adalah supaya kita menjaga kekudusan.

Dalam hal ketaatan sama Tuhan, aku merenungkan terkadang aku gak mengerti alasan Tuhan ingin aku melakukan ini itu, tapi aku memutuskan mau taat. Saat aku taat, biasanya setelahnya Tuhan bukakan pengertian. Nah, ternyata melakukan sesuatu dengan pengertian tu beda dengan gak pake. Ada motivasi yang menguatkan kita saat kita punya pengertian.

👉 Aku harus melakukan sesuatu dengan pengertian yang benar. Gak asal melakukan.

Palangka Raya, 28 Mei 2018
-Mega Menulis-

No comments: