Monday, July 23, 2018

Pengkhotbah 5, Mazmur 34

Pengkhotbah 5:2 (TB)  (5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.

Berkata-kata dengan mulut 👉 mengeluarkan perkataan di hadapan manusia
Berkata-kata dengan hati 👉 mengeluarkan perkataan di hadapan Allah
Dalam keduanya, baik di hadapan manusia maupun Allah, Pengkhotbah mengingatkan untuk berhati-hati dalam berkata-kata, lebih baik sedikit berkata.

Jadi ingat ayat yang bilang :
Amsal 10:19 (TB)  Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.
Yakobus 1:19 (TB)  Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Saat aku banyak bicara dan cepat berkata-kata  yang sebenarnya terjadi :
- aku tidak berpikir sebelum berbicara
- aku kurang mendengarkan
- aku salah melakukan sesuatu, karena tidak mau mendengar terlebih dahulu
- berkata tanpa berpikir seringkali membuat aku salah bicara, akibatnya aku menyakiti yang mendengarnya

👉 Aku harus banyak mendengar sebelum berbicara. Suamiku sempat menegur karena aku suka melakukan sesuatu sebelum selesai mendengarkan dia dengan baik.
👉 Kalau sama suamiku aja aku sperti itu, jangan-jangan sama Tuhan aku juga gitu. Lebih banyak waktu buat bicara dibandingkan duduk diam mendengarkan Dia. Bicara sama Tuhan bukan berarti cuma berdoa dengan mulut, tapi saat aku berkata dalam hati pun aku sudah bicara sama Tuhan. Nah, apakah perkataan hatiku benar di hadapanNya? Kalau ngga, jangan-jangan itu karena aku kurang mendengar Dia.

🙏 Tuhan, ampuni aku kalau selama ini aku mengeluarkan kata-kata yang sia-sia di hadapanmu saat aku berucap dalam hati. Aku mau cepat mendengar dan lambat berbicara. Tolong aku ya Tuhan. Amin.

Mazmur 34:5 (TB)  (34-6) Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

Kemarin ada kejadian lucu, sewaktu kami sekeluarga ke gereja, selesai berkat Tuhan dan berdoa, suami dan aku bersalaman lalu dia menciumku di kedua pipi dan keningku. Ini kebiasaan yang sudah kami lakukan dari awal kami menikah saat selesai ibadah. Saat kami melakukan itu tiba-tiba, teman yang duduk di depanku berkata, "Cieee.... Cieeee....", spontan aku melihat dia yang sedang tertawa. Entah kenapa aku merasa malu seketika itu juga. Apalagi saat temanku tadi berkata ke suaminya, "Pah, pah.... Liat ga tadi?".Sementara suamiku cuek aja melanjutkan menciumku seperti biasa (kedua pipi lalu kening). Selama 3 tahun menikah, suamiku selalu melakukan itu selesai ibadah. Tapi baru kemarin aku merasa malu. Kenapa aku malu? Karena aku gak fokus lagi ke suamiku, aku fokus dengan godaan temanku. Padahal, kalau aku fokus dengan suamiku maka aku akan ingat kalau inilah ekspresi kasih suamiku. Dan aku akan tersenyum menerima ekspresi kasihnya dan ingat kalau kami tidak melakukan kesalahan apa-apa. Peduli amat orang bilang apa. Seharusnya.

Tuhan meminta mata kita tertuju padanya supaya kita fokus pada apa yang dilakukan-Nya dalam hidup kita dan apa yang kita lakukan padaNya. Kita gak perlu malu saat melakukan yang benar. Kita gak perlu malu saat mengalami banyak hal bersama Tuhan. Peduli amat orang bilang apa. Kalau kita merasa malu dan terganggu dengan pandangan dan perkataan orang lain mungkin karena kita sudah gak fokus sama Tuhan.

🙏 Tuhan mataku tertuju padaMu. Amin.

Palangka Raya, 23 Juli 2018
-Mega Menulis-

No comments: