2 Samuel 24:24 (TB) Tetapi berkatalah raja kepada Arauna: "Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa." Sesudah itu Daud membeli tempat pengirikan dan lembu-lembu itu dengan harga lima puluh syikal perak.
Saat memberi persembahan kepada Tuhan, Daud mau membayar harganya. Ada pengorbanan di situ. Daud gak menghitung untung rugi kalau kaitannya dengan Tuhan. Daud ingin memberikan yang terbaik. Selama ini saat aku melakukan sesuatu bagi Tuhan, apakah aku berani berkorban? Atau sekedar memberikan apa adanya. Apakah aku memberikan dengan sukacita atau dukacita?
Kata orang memberi saat kekurangan lebih sulit daripada saat kelebihan. Masalahnya standar lebih atau kurang itu siapa yang buat? Aku mengalami sendiri, saat suami belum bekerja, kami mendisiplin diri untuk memberi setiap bulannya, dan itu mudah. Sekarang suami sudah bekerja, walaupun bukan pekerjaan tetap tapi ada penghasilan lebih dong dari sebelumnya. Logikanya kami semakin banyak memberi dan bermurah hati dong, ya gak sih? Ternyata nggak, makin berat lo memberi itu. Pendapatan naik bukan berarti persembahan naik. Duh. Parah. Kok jadi hitung-hitungan ya sama Tuhan. Kami sedang belajar lagi untuk kasih persembahan yang terbaik. Berkorban dan bersukacita sekaligus.
Palangka Raya, 24 Juni 2018
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment