"Sara tadi berbohong lagi, " kata papanya.
"Memang bagaimana ceritanya?" tanyaku.
"Tadi mainannya diberantakin, padahal aku liat dia yang buat, tapi pas ditanya siapa yang buat, dia bilang dedek. Kebiasaan, dikit-dikit dedek, " jawab suamiku kesal.
"Mungkin dia takut dimarahi," kataku. Suamiku emang super resikan, jadi nampaknya anak-anak juga tahu kalau papanya gak suka sesuatu berantakan.
"Padahal aku tanya baik-baik lo," kata suamiku.
Aku diam dan memutar otak, berpikir bagaimana caranya mengajarkan konsep 'jujur' ke anak yang berusia belum 5 tahun. Sudah siap-siap mau googling: Bagaimana kalau anak berbohong. Mengajarkan jujur ke anak. Apa yang harus dilakukan kalau anak berbohong.
Ish, kenapa ya jadi orang tua tuh gak ada sekolahnya. LOL. Help me God.
Saat aku melihat Sara dan papan gambarnya, sebuah ide muncul. Kupanggil Sara yang sedang menggambar di papan gambarnya.
"Mama pinjam papan gambarnya Kak," dia pun menyerahkan papannya. Kutulis sebuah kata di sana : J U J U R.
"Huruf apa ini Kak?" Sara pun berucap, "Jei Yu Jei Yu Ar." Dalam hati aku ngakak, ini anak sok English banget sih, akakakak. Ngeja huruf aja pakai English Vinglish. Kebanyakan nonton Youtube Eibisidi nih. Tapi lagi serius gak mungkin kan ye aku ngakak beneran.
"Iya benar. Ini dibaca jujur," kataku. Senyum pun merekah di bibir mungilnya.
"Kakak tahu jujur gak?" dia pun menggeleng.
"Jujur itu kalau kita ngomong yang benar. Tadi sore Sara dan Sofia jalan sama mama. Kalau mama bilang gitu, benar gak?" Sara diam dan berpikir "Nggak. "
"Emangnya kalian jalan sama siapa?" tanyaku lagi.
"Papah. Mamah sakit, jadi tidur."
"Benar. Berarti Mama tadi gak jujur, karena ngomong gak benar. Kita harus jujur ya Nak, ngomong yang benar. Papa ngomong yang benar. Mama ngomong yang benar. Sara ngomong yang benar. Sofia juga. Oke Nak?"
"Oke."
"Jadi orang jujur itu hebat Nak. Karena bisa selalu ngomong yang benar," dia diam. Entah apa yang di pikirannya. Kupeluk Sara, "Kita berdoa yok. Tuhan, tolong kami jadi orang yang jujur ya. Papa mau jujur, mama juga, Sara dan Sofia juga. Tolong kami ya Tuhan. A..."
"Min." sambung Sara.
Aku gak ngerti Sara ngerti apa ngga celotehan emaknya. Ya sudahlah. Yang penting dah dikasih tahu. Lain kali dikasih tahu lagi. Beriman saja dia mengerti. Berdoa saja supaya Tuhan yang ingatkan dia.
Saat papanya datang, aku bilang, "Papa, Sara tahu lo tulisan jujur. Coba Kak, kasih tahu papa, jujur itu hurufnya apa aja?"
Pelan-pelan Sara berucap, "Jei Yu Jei Yu lagi Ar."
"Eh hebat, ingat Kakak." kata papanya.
"Jujur tu apa Kak?" tanya papanya.
Sara berpikir, lalu menjawab, "Ngomong yang benar."
Eh, ingat dio. Aku bangga dengan gadis kecilku ini.
Melihat buku-buku berantakan di lantai dekat meja aku mendapat ide, "Kak, ini siapa yang berantakin bukunya?"
"Kakak" jawabnya mantap.
"Bukan dedek?" tanyaku lagi.
"Kakak" jawabnya lagi.
Emaknya seketika pengen meloncat kegirangan, biasanya Sara takut dan bilang apa-apa kerjaan dedeknya.
Langsung kupeluk dia, "Kakak hebat. Itu kakak jujur lo." Langsung bahagia dia dipuji seperti itu.
"Sekarang, karena kakak yang berantakin, kakak kumpul yok taruh di meja lagi. "
Sofia mendahului Sara, mulai mengumpulkan buku-buku tersebut. Berdua mereka mengumpulkan buku-bukunya.
"Wah, anaknya hebat-hebat ini. Kakak sudah jujur, dedek baik sekali bantuin kakak merapikan bukunya. Sini dipeluk anak-anak hebat."
Mereka berdua langsung menghambur ke pelukanku. Ah, senangnya memeluk gadis-gadis kicikku. Semoga kalian semua bertumbuh jadi anak yang jujur, semoga papa mama bisa jadi teladan kejujuran buat kalian.
Palangka Raya, 19 April 2021
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment