Sunday, April 11, 2021

Sacred Influence (Chapter 10)



Mustahil bagi anda untuk hidup dengan seorang pria pemarah tanpa membuatnya marah.

Di bab ini diceritakan tentang seorang isteri yang bingung karena setelah berusaha melakukan apapun, suaminya selalu punya alasan untuk marah, sepertinya yang dilakukannya tidak pernah benar. Saat dia mengira sudah melakukan yang benar, eh suaminya marah karena hal lain. Melelahkan pastinya hidup bersama pria semacam ini. Pria ini selalu menganggap orang lain tidak bisa memenuhi standarnya. Setiap orang bisa marah, tapi kalau selalu marah? Pasti ada yang tidak benar. 



Ekspresi kemarahan suami yang tidak benar bukan menjadi alasan bagi anda untuk melakukan hal yang sama.
Jadi, wajar dong kalau sang isteri balas dengan marah si suami pemarah? Wajar sih, tapi apa itu menyelesaikan masalah? Reminder! Berespon dengan lebih keras tidak membawa kemana-mana. Lebih mudah membalas bentakan dengan bentakan, atau perkataan kasar dengan teriakan. Tapi Alkitab berkata:Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.(Amsal 15:1). 

Pria bisa sangat kejam dengan perkataannya yang tajam. Jika anda tidak menerima peneguhan dan kasih sayang dari Bapa Surgawi, anda akan merasa hampa dan tidak berharga-dan hal itu akan mendukung respons suami anda semakin buruk dan anda menjadi semakin direndahkan.
Seorang isteri tidak boleh membiarkan perkataan suami menghancurkan dirinya. Dia harus ingat kalau dirinya berharga, tidak peduli apa yang dikatakan suaminya. Allah mengasihinya apapun yang terjadi. Seorang wanita yang dikasihi dan menyadari dirinya berharga tidak perlu mencari penghargaan dari orang lain. Ia dapat datang ke suaminya dengan leher terangkat dan berbicara dengan kelembutan dan pengendalian diri, ada kekuatan yang tak terlihat namun nyata di dalam wanita seperti ini.


Kaum pria biasanya tidak berubah jika istri mereka tidak memberi alasan bagi mereka untuk berubah. Hal ini membutuhkan komunikasi yang spesifik, terus terang, lemah lembut dan menghargai diri sendiri. 
Berkomunikasi tanpa menghakimi, hal yang sangat sulit, apalagi saat seseorang merasa dirinya benar. Perlu ketenangan dan kesadaran diri penuh kalau yang terpenting adalah membuat yang lain merasa berharga dan dikasihi. Jangan biarkan semangat menghakimi muncul, ini hanya membuat pihak lain tidak mau mendengarkan pihak lain. 

Yang penting bukanlah apa yang anda katakan, melainkan bagaimana cara anda mengatakannya.


Palangka Raya, 4 April 2021
-Mega Menulis-

No comments: